TELAAH SKRIPSI ABIE MUTIARA
- Fungsi Manajemen
Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi
tertentu, tetapi dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli
manajemen tentang apa fungsi-fungsi itu. Salah satu klasifikasi paling
awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh
Henri Fayol (1949) yang menyatakan
bahwa perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian
perintah, dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama. ( Handoko, 2003:21)
Hasibuan (1996) mengemukakan perbedaan
pendapat dari para ahli manajemen dari segi fungsinya diantaranya, Henri
Payol berpendapat terdapat lima (5) fungsi manajemen yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengkoordinasian, pemberian perintah (comanding), dan pengawasan (controling) (Purwanto, 2007: 43).
Dalam pada itu perbedaan fungsi manajemen memiliki potensi yang
berbeda seperti Luther Gulick berbeda
pendapatnya pada Staffing, directing, coordinating, dan reporting,
George Terry pada Actuating, Ernest Dale pada staffing, directing,
innovating dan representing, Koontz dan O’donnel pada staffing dan
directing, Oey Liang Lee pada directing dan koordinating,
William Newman pada Assembling of reseurces dan directing dan
James Stoner pada leading.
Pendapat para ahli manajemen diatas dalam konteks secara universal
pada dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan yang teraktualisasi
pada fungsi-fungsi planning, organizing dan controling. Kemudian
muncul fungsi-fungsi lainnya memiliki esensi makna yang sama dimana pada
dasarnya adalah fungsi staffing, directing
atau leading.
Menurut Handoko (2003: 23)
mengungkapkan bahwa dalam pembahasan ini akan diperinci lima fungsi yang
paling penting _ planning, organizing, staffing, leading, dan controling
dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
Dalam konteks pendidikan, ketika memahami fungsi-fungsi manajemen
tersebut tentunya fungsi-fungsi utama
kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan,
Maka aktualissasi dari fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan sangat dibutuhkan untuk penetapan prosedur trestrategis dalam
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Perencanaan
( planning) adalah
pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, penentuan kebijaksanaan,
proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam dalam fungsi
ini.
Dari kalangan para pakar manajemen secara mayoritas, bahwa mereka
memberikan klarifikasi tentang pentingnya planning dalam sebuah lembaga,
organisasi maupun instansi pemerintahan, terlebih dalam dunia pendidikan.
Menurut George R. Terry,
perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlakukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Lain lagi Billy E. Goets menyatakan bahwa perencanaan adalah pekerjaan
mental untuk memilih sasaran, kebijakan,
prosedur, program yang diperlukan untuk emncapai apa yang diingingkan pada masa
yang akan datang (Purwanto, 2007: 45-46).
Dalam pada itu, Fredrick W.
Taylor ( 1800) lebih men-stressing pada kecendrungan untuk mengalihkan
fungsi perencanaan dari karyawan operasi ke para manajer. Kemuadian
mengeluarkan statemen bahwa pada
dasarnya perncanaan kretif merupakan pekerjaan penentuan
faktor-faktor, kekuatan, pengaruh dan hubungan-hubungan dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. ( Handoko, 2003: 23).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan
merupakan kegiatan ental yang sangat
esensi untuk meraih sasaran, dimana
fungsi yang lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuat
keputusan yang tepat, cermat dan dan
kontinyu. Namun menurut Handoko ( 2003)
bahwa perencanaan yang baik tergantung
dari aktualisasi efektif dari fungsi-fungsi lain.
Dengan demikian sinergi kongklusi
fungsi-fungsi perencanaan dapat diperoleh berikut antara lain :
1.
Dapat meramalkan , perkiraan waktu yang akan datang tentang keadaan konsumen (
subyek pendidikan), kebijakan pemerintah dan lain-lain.
2.
Dapat menetapkan target;
3.
Dapat menetapkan program berdasarkan prosedur dan
biaya kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk setiap kegiatan, sehingga tujuan
dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan;
4.
Dapat menentukan waktu yang tepat ( time schedule);
5.
Dapat
menentukan Budgeting ( Penganggaran);
6.
Pengembagan prosedur yang efektif dan efisien;
7.
Dapat menetapkan
interpretasi kegiatan;
8.
Dapat memperoleh dan mengikat SDM yang diperlukan untuk pencapaian target;
9.
Para anggota organisasi dapat mengaktualisasikan kegiatan-kegiatan
secara konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih
;
10. Dan kemajuan
dapat dimonitoring dan diukur, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila tingkatan kemajuan tidak
memuaskan.
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Istilah oganisasi mempunyai dua pengertian umum, pertama diartikan
sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan,
sekolah, perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Keduanta merujuk pada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan dilaksanakan atau dan dialokasikan
diantara para anggota sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara
efektif. Sedangkan Organisasi sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan
sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Pengorganisasian ( Organizing) adalah 1). Perencanaan Sumber
Daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi. 2). Perancangan dan pengembangan
suatu organisasi atau kelompk kerja yang dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan. 3).
Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian 4). Pendelegasian wewenang yang
diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja kedalam tugas-tugas yang
lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan
kemampuannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Proses Pengorganiasasian mencakup dua aspek :
1.
Pembagian harta dan pembagian beban kerja kepada
kelompok-kelompok individu (misalnya
dengan pembentukan pertemuan, cabang-cabang, unit-unit kerja dan lain-lain) ;
2.
Pembentukan garis-garis komunikasi, kekuasaan dan
wewenang diantara individu yang menanani beban-beban kerja yang telah dibagi ;
3.
Penyusunan Personalia ( Staffing, )
Menurut Handoko ( 2003: 24) bahwa penyusunan
perpsonalia ( staffing) adalah penarikkan (recruitment), latihan
dan pengembangan, serta penempatan an pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang
menguntungkan dan produktif.
4.
Pengarahan (Leading, )
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personalianya,
langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan
untuk bergerak mennuju tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Handoko ( 2003) fungsi pengarahan (leading) secara sederhana
adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang
diinginkan, dan harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas gaya, dan
kekuasaaan pemimpin serta
kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi,
kedisiplinan.
Dalam persamaan konsep fungsi
leading sering disebut dengan bermacam-macam nama antara lain directing,
motivating, actuating atau lainnya. ( Handoko, 2003:24).
Pendapat lain leading memposisikan makna ang sama dengan actuating (
penggerakan) adalah membuat anggota semua anggota organisasi mau bekerjasama
dan bekerja secara ikhlas serta beragairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan usaha-usaha pengorganisasian (Purwanto, 2007:58).
Menurut analisa penulis, apabila fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak menangkut aspek-aspek ang abstrak,
maka proses manajemen aktualisasi fungsi kegiatan pengarahan strssingnya
pada personal pada organisasi itu sendiri.
5.
Pengawasan ( Controling)
Menurut Handoko (2003), semua
fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan (controling) atau sekarang banak digunakan
istilah pengendalian.
Pengawasan (controling) adalah penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan ang telah ditetapkan.
Pendapat lain salah satunya G.R. Terry yang berpendapat pengawasan
memiliki kesamaan arti dengan
pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa ang harus dicapai
yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan
dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana atau searah dengan standar. (Purwanto, 2007: 67).
Dalam pada itu, fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur, yaitu 1) Penetapan
standar pelaksanaan, 2) penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, 3) Pengukuran pelaksananaan nyata dan
membandingkannya dengan standar ang telah ditetapkan, dan 4) pengambilan
tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menimpang dari standar.
Akhirnya dapat dikonklusi fungsi-fungsi tersebut berikut, 1) Perencanaan
( Planning) identik dengan pemilihan dan penentuan tujuan organisasi dan
penyusunan strategi, kebijaksanaan, program-program lain, 2) Pengorganisasian
(organizing), merupakan penentuan sumber
daa dan kegiatan yang dibutuhkan,
menyusun organisasi atau kelompok kerja,
penugasan wewenang dan tanggung jawab
serta koordinasi, 3) Penusunan personalia ( staffing ) meliputi kegiatan
seleksi, latihan, pengembangan, penempatan dan orientasi karyawan, 4)
Pengarahan (leading) meliputi kegiatan motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk
mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu ang ditugaskan kepadana dan 5)
Pengawasan ( controling) kegiatan meliputi penetapan standar, pengukuran
pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif.
Menurut Geogld ( 1978: 2) mengatakan bahwa proses manjemen itu dalah
merupakan aktivitas ang melingkar, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, sampai dengan pengawasan dan kemudian kembali dan seterusnya dengan
tidak per nah berhenti.
Pengawasan terakhir ialah bermaksud menilai proses pendidikan da n hasil pendidikkan. Manajer melakukan kontrol apakan proses dan
hasil pendidikan itu sudah sesuai dengan
rencana semula atau dengan revisina, secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kontrol terhadap ;proses pendidikan
men cakup materi pelajaran ang diberikan, media ang dipakai, metode
belajar mengajar, pengendalian kelas, dan cara guru
menilai siswa. Hasil ini juga
dipakai untuk penyusunan aktivitas semester/ tahun berikutnya. ( Pidarta,
2004:15).
Kegagalan atau sukses suatu
organisasi tergantung pada kemampuan top leader ( Manajer) untuk melaksanankan fungsi-fungsi
tersebut dengan efektif sehingga out put/ hasil akhir dapat dicapai dengan
maksimal.
- Unsur Manajemen
Ada
beberapa unsur-unsur manajemen sebagai
komponen penting dalam manajemen antara
lain:
A. Manusia
( Man)
Sumber
Daya Manusia ( SDM) adalah sumber daya terpenting dalam sebuah organisasi
maupun lembaga, tetapi para manajer tidak
akan
dapat mencapai tujuan secara optimal
bila mereka mengabaikan sumber daya-sumber daya yang lainnya.
Sumber Daya
Manusia sebagai subyek manajemen yang sering disebut president direktur, Kepala
Departemen dst., disebut sebagai Manajer. Kekuatan suatu organisasi terletak
kepada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber dayanya dalam mencapai suatu
tujuan.
Adapun
Tugas-tugas penting yang dilaksanakan oleh Manajer :
1. Manajer
bekerja dan melalui orang lain. Istilah “ Orang “ mencakup tidak hanya
tidak hanya para bawahan dan atasan, tetapi juga manajer-manajer lainnya dalam
organisasi;
2. Manajer
memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan
menetapkan prioritas-prioritas;
3. Manajer
bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan;
4. Manajer
harus berfikir secara analistis dan konsepsual;
5. Manajer
adalah seorang Mediator;
6. Manajer
adalah seorang politisi;
7. Manager
adalah seorang Diplomat;
8. dan
Manajer mengambil keputusan-keputusan sulit. ( Handoko, 2003:29-30)
B. Uang
( Money)
Dalam
konteks aktualisasi proses dalam menjalankan Organisasi-organisasi, Lembaga
maupun perusahaan tidak akan terlepas dari
pendanaan ataupun sejenisnya seperti lembaga keuagangan.
Dalam hal
ini tersebut sebagaimana yang di
ungkapkan oleh Handoko (2003) bahwa,
Organisasi-organisasi tergantung pada
bermacam-macam lembaga keuangan, seperti bank-bank komersial, bank-bank
instansi, dan perusahaan ansuransi termasuk pasar modal, untuk menjaga dan
memperluas kegiatan-kegiatannya. Kebutuhan akan dana dari lembaga-lembaga keuangan tersebut dapat
dalam jangka pendek untuk membelanjai
operasi-operasinya, atau jangka panjang untuk membangun fasilitas baru dan
membeli peralatan baru. ( Handoko, 2003: 65 )
C. Pemasaran
(Marketing)
Dalam
konteks membangun korelasi, sebuah organisasi sangat perlu membagun link
pada tingkatan marketing, promosi Organisasi, Perusahaaan maupun Lembaga.
Dalam pada itu
Handoko (2003) berpendapat, seorang manajer yang berharap untuk meningkatkan pejualan tidak cukup hanya memotivasi tenaga
penjualannya, tetapi juga perlu menaikkkan anggaran periklanan.
D. Methode
( Teknik)
Menurut
Shrode ( 1974, h. 157) unsur methode ( teknik) adalah satu elemen
organisasi yang merupakan salah satu dimensi manajemen secara system, dengann
tugas mengoptimalkan
keputusan-keputusan. Dalam konteks unsur inilah yang dimaksudkan management
by techniques. ( Fidharta, 2004 : 83 ).
Kemudian
dalam pada itu, jika dikaitkan dalam dunia pendidikan bahwa pengambilan
kebijakan untuk suatu keputusan sebagian besar dilakukan oleh para manajer ( top
leader ).
Sebagaimana fidarta ( 2004) berpendapat bahwa, “
Pengambilan keputusan sebagian besar
dilakukan oleh manajer. Keputusan itu mencakup segala bidang aktivitas
organisasi, seperti sarana pendidikan, keuangan, kurikulum, hubungan dengan
lingkungan, personalia, dan seterusnya sebagai media untuk mencapai tujuan
pendidikan. ( Fidarta, 2004 : 83-84 )
Dalam konteks
struktur organisasi unsur-unsur manajemen menurut Handoko (2003) terdiri dari :
1. Spesialisasi
kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dan
kelompok kerja dalam organisasi ( departementalisasi);
2. Standarisasi
kegiatan, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan;
3. Koordinasi
kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi
sauan-satuan kerja dalam organisasi;
4. Sentralisasi dan
desentralisasi pembutan keputusan, yang menunjukkan lokasi ( letak)
kekuasaan pembuatan keputusan;
5. Ukuran
satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan
dalam suatu kelompok kerja. ( Handoko, 2003: 170-171)
Pada
akhirnya bahwa baik unsur manajemen maupun unsur manajemen dalam konterks
struktur organisasi merupakan suatu sistem penting yang tidak bisa terpisahkan
antara unsur yang satu dengan yang lainnya.
B.
Hakekat System Penegelolaan
Manajemen Pendidikan
1.
Pengertian Study, System, Pengelolaan, Manajemen
Pendidikan, Implikasi, dan Nilai
Untuk mempertegas sasaran penelitian
yang akan dilaksanakan oleh peneliti terlebih dahulu peneliti memberikan eksplorasi
apa yang dimaksud sebagai objek dalam
penelitian ini, terutama pengertian dari
istilah Study,
System, Pengelolaan dan Manajemen Pendidikan. Sehingga sasaran yang dituju oleh
penulis tidak berbeda pandangan dengan pihak lain yang membaca karya ilmiyah
ini.
1. Studi
Dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia di jelaskan bahwa “ Studi adalah : kata benda yang berarti kajian dan
telaah ilmiah (Fajri dkk., 2007
: 774)”.
2. System
Dalam
buku Manajemen Pendidikan Indonesia
dijelaskan bahwa “System adalah Suatu model berfikir atau suatu cara memandang” Fidarta, 2004 : 23 ).
Sedangkan dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan , bahwa “System
merupakan Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas ; susunan yang teratur dari pandangan , teori asas,
metode dan sebagainya (Fajri dkk., 2007 : 766)”.
Pandangan
lain dalam konteks katagori pembahasan system dalam manajemen yaitu system organisasi, administrasi, dan
manajemen ( Pidarta: 2004:26).
Dalam aktualisasi
manajemen secara system, berarti memberi perhatian dan perlakuan dengan
proporsi yang relative sama kepada sub system- sub sistemnya. Tidak
dibenarkan manajer ( Top Leader) hanya
memperhatikan beberapa saja dari sub sistemnya
dengan menomor duakan subsystem lainnya (Pidarta, 2004: 27).
Dari
pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan System
adalah Perangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, baik dari model
berfikir, pandangan , teori asas, metode dan sebagainya. Sesuai dengan kesimpulan di atas
maka penelitian ini yang dimaksud dengan system adalah suatu perangkat unsur
yang teratur tersusun secara procedural
dari model berfikir, pandangan,
teori, asas, metode sebagai komponen penting dalam pengelolaan manajemen
pendidikan di MTs NW Lendang Nangka Kecamatan Masbagik Lombok Timur.
1.Pengelolaan
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan
bahwa “ Pengelolaan merupakan kata benda yang memiliki makna “ proses
yang memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan ; proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain (Fajri.,
dkk., 2007 : 444) “
2.Management Pendidikan
Menurut Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, ”Manajemen
adalah Pemamfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang di maksudkan”(Fajri
dkk., 2007 : 547)”.
Sedangkan
menurut Tim FKIP UMS (2002: 1): Manajemen berasal dari kata dalam Bahasa
Inggris to
manage yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan dan mengelola. Sedangkan secara istilah manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi serta penggunaan
sumber daya lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Robin
(1999: 8) berpendapat bahwa istilah manajemen mengacu pada proses
mengoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan
secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain (Purwanto, 2007 : 17) .
Pendidikan merupakan suatu
proses peningkatan pengembangan baik dari segi paradigma pemikiran, prilaku dan
keilmuan. Dalam hal ini para ahli memberikan rumusan yang berbeda sebagai
berikut :
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia di sebutkkan bahwa : “ Pendidikan ialah : Proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Noer, 1999: 2
). Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa : “ Pendidikan adalah binbingan atau
pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Noer, 1999: 2 ).
Dalam
konteks pewarisan budaya Kingley Prince mengemukakan : “ Education is the
procces by which the nonphysical
possessions of a culture are preserved or in creased in the rearing of the young or in a instruction of adults.(Pendidikan
ialah proses dimana kekayaan budaya non-fisik di pelihara atau di kembangkan
dalam mengasuh anak-anak atau mengajar orang-orang dewasa). (Noer, 1999: 3
).
Dalam pada itu, Ki Hajar Dewantara mengungkapkan
bahwa “ Pendidikan adalah usaha Kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan
hidup agar mempertinggi derajad kemanusiaan (Nata,2003: 11).
Berdasarkan pendapat para
ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan adalah suatu proses bimbingan
menuju pengembangan dan perubahan prilaku melalui pengajaran, pelatihan, dengan
output pewarisan kepribadian, Pengembangan Kekayaan budaya untuk mempertinggi
deraajad manusia melalui pola/ paradigma berfikir ilmiah sehigga tercipta
manusia-manusia yang berjiwa pemimpin yang bermamfaat bagi Masyarakat, Agama,
Nusa dan Bangsa.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dipahami bahwa, manajemen pendidikan
adalah meliputi kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
untuk dijalankan oleh top leader ( Kepala Sekolah/ Rektor atau dekan, untuk
meningkatkan output pendidikan yang berkualitas sehingga tercapai target
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
- Implikasi
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa : “ Implikasi
merupakan kata benda yang berarti keadaan terlibat, keterlibatan, tindakan ikut
campur (Zul Fajri., dkk , 2007: 374).
- Nilai UN
Menurut Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia :” Nilai kata benda yang berarti harga, angka kepandaian, potensi,
banak sedikitnya isi, kadar, mutu, sifat-sifat yang penting untuk kemanusiaan (Zul Fajri., dkk , 2007:
590). Sedangkan UN merupakan singkatan dari Ujian Nasional, yang merupakan evaluasi tahap
akhir yang menentukan out put
suatu sekolah dalam skala Nasional.
- Tahun Pelajaran 2009/ 2010
Merupakan periode yang ditempuh berdasarkan waktu yang telah
ditentukan meliputi pertengahan dalam 2 masing-masing pada tahun pelajaran de
ngan sistem semester. Semester I
(Pertama) pada bulan juli sedangkan semester II (kedua) pada bulan Januari
tahun berikutnya sehingga Tahun Pelajaran terdiri dari 2 tahun.
2. Tujuan Manajemen Pendidikan
Pidarta (2004) mengungkapkan bahwa “ Kalau kita konsisten
dengan pendirian bahwa tujuan adalah sesuatu tang diam, hanya sebagai target
atau ukuran yang akan dikejar, maka tujuan tidak perlu dipandang sebagai sub
sistem manajemen. Sebab manajemen adalah suatu kegiatan”.
Menurut Horde dan Voich ( 2007) tujuan utama manajemen
adalah Produktivitas dan kepuasan (Purwanto, 2007:22).
Manajemen saja tujuan ini
tidak tunggal bahkan Pluralitas, seperti peningkatan mutu pendidikan/
lulusannya, keuntungan/ profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja,
pembangunan Daerah/ Nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan ini di tentukan
berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi
seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman ( Muttaqien, 2005: 12 )
Pendapat lain mengatakan bahwa
manajemen mempuyai tujuan-tujuan tertentu dan bersifat tida terwujud ( intangable
) . Usahanya ialah mencapai hasil hasil yang spesifik, biasanya dinyatakan
dalam sasaran . Upaya dari bentuk menunjang
penetapan tujuan yang spesifik
itu, manajemen dapat dikatakan tidak terwujud (intangable), karena tidak
dapat dilihat, tetapi dirasakan, yakni out put pekerjaan yang cukup, adanya
kepuasan pribadi, produk dan servisnya lebih baik (Terry, 1990:10).
Manajemen merupakan suatu ilmu atau seni adalah wadah pengetahuan tentang
manajemen teroganisir. Ada ilmu penegetahuan yang menjelaskan bahwa manajemen
dapat dibuktikan kebenarannya secara
umum. Hubungan kausal antara Variable manajemen teah dapat ditentukan dan
dinyatakan secara umum, tetapi hal yang bersifat umum itu masih dapat
diteliti lagi melalui riset dan modifikasi dengan pengetahuan yang lebih
maju dari yang lain. Jika tidak demikian, maka tidak akan memiliki pengetahuan
yang akulatif.
Sedangkan menurut Pidarta (1988) bahwa “ tujuan pendidikan tertera dalam
Tap. MPR No. 2 ialah meningkatkan
ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan
mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian mempertebal semangat kebangsaan serta cinta ta nah air, agar dapat
memperkembangkan dan menumbuhkan manusi-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jaawab atas
pembangunan Bangsa (Muttaqien, 2005: 13) “.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas, bahwa manajemen yang baik ialah mampu bersinergi dengan sistem yang ada dan
tidak jauh menyimpang dari konsep yang sesuai dengan obyek yang ditangani agar
tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang
sudah ditetapkan dan dapat di capai dengan
maksimal.
3. Model System Pengelolaan
Manajemen Pendidikan
Akualisasi manajemen dalam dunia pendidikan sangat menentukan dalam dunia pendidikan
sangat menentukan kemajuan pendidikan itu
sendiri, perlu diketahui bahwa yang penulis maksudkan adalah sistem
pengeloaan manajemen di sekolah, karena pelaksanaan manajemen pendidikan lebih
luas jangkauannya dari pada manajemen sekolah atau penerapan manajemen
pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu sistem pendidikan yang
berlaku ( Mulyasa, 2002: 39).
Selanjutnya Mulyasa ( 2002: 39) mengemukakan hal yang
paling penting dalam implementasi manajemen pendidikan di sekolah (MBS) adalh manajemen
terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Adapun model pelaksanaan manajemen pendidikan disekolah
adalah :
a. Manajemen yang berkaitan
dengan Kurikulum dan Program Pengajaran;
Manajemen Kurikulum dan Program pengajaran pengajaran merupakan bagian dari
pelaksaan manajemen. Manajemen Kurikulum dan Program pengajaran mencakup
kegiatan perencaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum, dan yang paling
penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum Muatan Lokal
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
Kepala Sekolah merupakan Manajer dan
Supervisor di sekolah memiliki tanggung jawab terhadap perencanaan, Pelaksanaan
dan pnilaian, perubahan atau perbaikan Program pengajaran di sekolah. Untuk
kepentingan tersebut sedikitnya terdapat empat langkah yang dilkaukan yaitu :
1. Menilai kesesuaian Program yang ada dengan tututunan kebudayaan
dan kebutuhan murid;
2. Meningkatkan rencana Program
dengan menemukan inovasi baru;
3. Memilih dan melaksanakan
Program;
4. Menilai/ Mengevaluasi
perubahan Program.
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran,
kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama-sama dengan
guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara rinci dan operasioal kedalam
program tahunan, Semester .
Ada bebeapa hal yang harus dikembangkan oleh guru sebelum action melakukan
kegiatan belajar mengajar dengan prinsip-prinsip yang mesti diperhatikan antara
lain sebagai berikut :
1. Tujuan yang dikehendaki harus
jelas;
2. Program yang fleksibel;
3. Program dalam konteks kurikulum di petik dan
dikembangkan berdasarkan BSNP;
4. Pengembangan Program Secara
Universal dengan target yang jelas.
5. Adanya koordinasi antara komponen pelaksana Program Sekolah.
b. Manajemen yang berkaitan
dengan tenaga kependidikan;
Manajemen te naga kependidikan atau manajamen personalia pendidikan
bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan,
sehubunan dengan fungsi itu personalia
yang harus dilaksanakan pimpinan adalah
menarik, mengelola, mengembangkan memberikan kesejahteraan, memotivasi pesonil
supaya tetap dalam sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar
prilaku, memaksimalkan pengembangan karier tenaga kependidikan, serta
menyelaraskan tujuan individu dan
organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan mencakup (1) Perencanaan Pegawai, (2)
Pengadaan Pegawai yang kurang (3) Pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) Promosi
dan Mutasi Konpensasi , (5) Pemberhentian Pegawai, (6) Konpensasi (7)
dan penlaian/ Supervisi semua pegawai / Guru, semua itu perlu dilakukan
dengan baik dan benar agar apa yang
diharapkan tercapai yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan
dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan
denagan baik dan berkualitas.
c. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan dapatdi interpretasikan sebagai penataan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai keluarnya
pserta didik dari sekolah.
Manajemen kesisiwaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan
teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan kegiatan
tersebut, kegiatan tesebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tga tugas yang utama yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Penerimaan murid baru;
2. Kegiatan kemajuan belajar,
serta
3. Bimbingan dan pembinaan
Disiplin.
d. Manajemen Keuangan dan
pembiayaan;
Dalam penyelenggaraan pendidikan , keuangan dan ;pembiayaan merupakan hal
yang sangat penting dan menentukan dan
merupakan bagian hyang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidkan. Komponen keuangan dan
pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menetukan
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar disekolah.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besarnya
dapat dikelompokkan atas tiga (3) sumber :
1. Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) untuk Sekolah Dasar dan Menengah, ADB, DAK, dsb.
2. Orang tua dan peserta didik;
3. Masyarakat.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 bahwa kare na
keterbatasan ke mampuan pemerintah dalam dalam pemenuhan dana pendidikan,
tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan;
Manajemen
sarana dan prasarana bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana
pendidikan agar dapat memberikan
kontribusi secara optimal dan berarti pada jalanya proses Pendidikan, kegiatan
Belajar dan Mengajar. Pengeloalaan ini
meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan
inventarisasi, penghapusan daan penataan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik
diharapkan dapat menciptakan sekolah
yang bersih, rapi dan indah sehingga dapat menciptakan kondisi yang menyenangka
baik bagi guru dan murid.
f. Manajemen Hubungan Sekolah dan
Masyarakat.
Hubungan Sekolah
dan masyarakat bertujuan antara lain :
1. Meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pertumbuhan anak;
2. Memperkokoh tujuan serta
meningkatkan kalitas hidup dan
penghidupan masyarakat;
3. Menciptakansebuah pencerahan
kepada masyarakat untuk menjalin hubugan shilaturrahmi dengan sekolah.
Untuk merealisasikan tujuan
tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati
masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah
dan masyarakat. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberi tahu
masyarakat mengenai program-program sekolah, baik proram yang telah
dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan
sehinga masyarakat mendapat gambaran
yang jelas tentang sekolah byang bersangkuta.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat sangat penting jika hubungan
sekolah dengan masyarakat berjalan
dengan baik, rasa tanggung jawab, dan partisilpasi masyarakat untuk memajukan
sekolah juga akan baik dan tinggi, sehingga Kepala Sekolah yang baik harus
ditutut untuk senantiasa berusaha membina dan meningkatkan hubungan kerja sama
antara sekolah da masyarakat guna mewujudka sekolah efektif
dan efesien. Jadi hubungan harmonis ini akan membentuk :
1. Saling pengertian antara
sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat
termasuk dunia kerja;
2. Saling membantu antara sekolah
dan masyarakat karena mengetahui mamfaat, arti dan pentingnya peranan
masing-masing;
3. Kerjasama yang erat antara
sekolah dengan berbagai pihak yang ada dimasyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab
disekolah;
C.
Unsur-Unsur dan Faktor-Faktor
yang mempengaruhi System Pengelolaan
Manajemen Pendidikan
1. Aktualisasi System Pengelolaan
Manajemen Pendidikan
Dalam aktualisasi sistem pengelolaan manajemen terdiri dari sejumlah unsur
yang meliputi :
a. Pengambilan Keputusan, fungsi
pokok dari setiap manajemen . Apabila pada setiap tahap proses manajemen
melakukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan yang harus
diambil ;
b. Pemecahan masalah, bentuk
pengambilan keputusan yang lebih rumit apabila pilhan-pilihan diantara
alternatif-alternatif diadakan, untuk mengatasi kesukaran atau keterikatan
yang mempengaruhi kearah sasaran;
c. Hubungan antara manusia,
apabila melalui motivasi dan menggunakan kepemimpinan, kerjasama dan
partisipasi dari orang lain akan diperoleh;
d. Komunikasi yang mendorong
kekuatan dalam suatu organisasi, yang mengantar kerjasama dan kemajuan kolektif
kearah sasaran yang telah ditetapkan.
2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
System Pengelolaan Manajemen Pendidikan.
Dalam konteks sistem pengelolaan manajemen salah satu faktor yang
mempengaruhi manajemen adalah prilaku kepemipinan.
Menurut Handoko ( 2003: 207-208), ada berbagai faktor yang mempengaruhi situasi
kepemimpinan. Marry Parker Follet, yang mengembangkan hukum situasi,mengatakan
bahwa ada tiga variabel kritis yang mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu 1)
pemimpin, 2) pengikut atau bawahan, dan 3) situasi. Ketiganya saling
berhubungan dan berinteraksi. Follet juga menyatakan bahwa para pemimpin
seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan berorientasi pada kekuasaan.
Pendapat lain yang datang dari
Robert Tanembaum dan Warren H. Schmidt, mereka mengemukakan bahwa manajer harus mempertimbangkan tiga
kumpulan “kekuatan” sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu :
1.
Kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri manajer, yang mencakup 1) sistem
nilai, 2) kepercayaan terhadap bawahan, 3) kecenderungan kepemimpinannya
sendiri, dan 4) perasaan aman dan tidak aman.
2.
Kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri para baawahan, meliputi 1) kebutuhan
mereka akan kebebasan, 2) kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab, 3)
apakah mereka tertarik dalam dan mempunyai keahlian untuk penanganan masalah,
dan 4) harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan.
3. Kekuatan-kekuatan dari
situasi, mencakup 1) tipe organisasi, 2) efektifitas kelompok, 3) desakan
waktu, dan 4) sifat masalah itu sendiri (Handoko: 309)
Menurut Pidarta (1998: 68-70), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen pendidikan adalah :
a. Faktor-faktor fisik kepada petugas. Misalnya keadaan
jasmani yang sehat memungkinkan untuk
dapat mempengaruhi kualitas kerja secara maksimal;
b. Faktor Sosial dan ekonomi,
khususnya para petugas pendidikan pada umumnya tidak banyak berpengaruh
terhadap pekerjaan mereka. Petugas-petugas ini tidak perlu memiliki tingkatan
sosial yang tinggi dan tergolong kaya. Dalam tingkatan sosial dan ekonomi yang
biasa mereka sudah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Sedangkan menurut mary parker pollet bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen pendidikan adalah faktor manusiawi yang terdiri dari empat (4) asas
yaitu :
a. Koordinasi dengan kontak
lansung dari orang-orang yang bertanggung jawab ( coordination bye direction
faight of the responsible people concernet ) ;
b. Koordinasi pada awal ( coordination
in the carty stages);
c. Koordinasi sebagai suatu
proses yang berkesinambungan ( coordination
as a continung process ) ;
d. Koordinasi sebagai timbal
balik hubungan dengan semua faktor dalam setiap situasi ( coordination as the reciprocal relating
to all factor in the situation) ;
Dalam konteks diatas, bahwa central makna dari pemikiran asas-asas prinsip
tersebut adalah berdasarkan satu ide bahwa
manajemen harus selalu dapat menyesuaikan ( contineually and just) pada
keseluruhan situasi ( to the total situations).
Hasil observasi lain mengemukakan, bahwa konflik-konflik itu biasanya ada dalam situasi-situasi manajemen dan menghadapkan suatu proses
pemecahannya.Untuk itu seorang manajer dapat menangani konflik-konflik tersebut
dengan jalan dominasi ( domination), kompromi ( Compromise ) dan
Ketrampilan ( Integrations).
Pada item pertama dominasi ( dominations) dan yang kedua
kompromi biasanya tidak memberikan kepuasan bagi pihak-pihak yang bersangkutan,
sedangkan keterampilan dapat merupakan pendekatan yang dapat melahirkan
kepuasan bagi semua pihak. Keterampilan tersebut dapat dilalui dengan cara :
a. Perbedaan-perbedaan harus
dibuka ( must be bronght into the open);
b. Kemudian dilakukan pengkajian
kembali (re-evulation) oleh semua pihak;
c. Semua pihak harus bersedia
saling mengantisipasi tanggapan dari pihak lainnya dan dengan tujuan bukan saja
untuk mencari posisi baru yang sesuai
bagi masing-masing pihak akan tetapi berusaha agar hubungan tetap terjalin serasi antara pihak-pihak atau
dengan perkataan lain masing-masing pihak endaknya menghindari
pembatasan-pembatasaan atas porsinya dan mencari porsi baru yang telah teradu
dan dapat diterima oleh semua pihak.(Kertopati, 1984:7-8)
D.
Evaluasi
Pendidikan
Dalam Definisi secara universal, bahwa evaluasi merupakan suatu poses
merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan.
Dalam Konteks Evaluasi Pendidikan, Wrightstone, dkk., (1956: 16)
merumuskan bahwa Evaluasi
Pendidikan adalah penaksiran teerhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan didalam kurikulum.
Kurikulum
dapat di desain sesuai dengan kegunaannya utuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Kita mengenal bermacam-macam kegunaan tes sesuai dengan tujuan
masing-masing. Khususnya dalam evaluasi pendidikan yang menyangkut evaluasi
hasil belajar, sedikitnya kita mengenal empat macam kegunaan tes yaitu :
1.
tes yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa
dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu (plecement test);
2.
tes yang digunakan untuk mencari umpan balik
(feedback) guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa
(test formatif);
3.
Tes yang digunakan untuk mengukur atau menilai
sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan,
dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang
bersangkutan ( test Sumatif);
4.
tes yang bertujuan untuk mencari sebab-sebab
kesulitan belajar siswa seperti latar belakang psikologis, fisik, dan
lingkungan sosial-ekonomi siswa (test diagnostik). (Purwanto, M.P., 2009:
24-25)
1.
Penilaian Ulangan Formatif dan Sumatif
1.1.
Penilaian Ulangan Formatif
Penilaian Formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari
umpan balik ( feed back), yang selanjutnya hasil penilaian tesebut dapat
digunakan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar yang sedang atau sudah dilaksanakan. (Purwanto, M.P., 2009:
26)
Dalam klarifikasi real bahwa Penilaian Formatif identik dengan
evaluasi dalam bentuk tanya jawab lisan belum ataupun setelah materi selesai,
penugasan, PR, test Ulangan Harian untuk mengetahui feed back siswa dalam
penguasaan materi selama jangka waktu
tertentu.
1.2.
Penilaian Ulangan Sumatif
Penilaian Sumatif adalah penilaian
yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarnya selama jangka aktu tertentu.
Adapun fungsi dan
tujuannya adalah untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu bisa
dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus. Pengertian lulus dan tidak lulus
disini berarti, dapat tidaknya siswa melanjutkan ke materi berikutnya; dapat
tidaknya seorang siswa mengikuti pelajaran pada semester berikutnya; dapat
tidaknya seorang siswa dinaikan ke kelas yang lebih tinggi; dapat tidaknya
seorang siswa dinyatakan lulus dari
sekolah bersangkutan; atau dapat
tidaknya seorang siswa diterima disekolah yang lebih tinggi. (Purwanto,
M.P., 2009: 26).
Dengan demikian, jelas kiranya bahwa penilaian sumatif memiliki makna
luas. Bukan pada konteks penilaian yang dilaksanakan setiap akhir semester
saja, tetapi lebih detail lagi pada materi pelajaran, Setiap akhir Tahun
Pelajaran atau evaluasi tahap akhir yang disebut Ujian Nasional/ Sekolah bagi Sekolah
Menengah
(MTs/
Sederajad) dan SMA sederajad, seleksi penerimaan Mahasiswa baru bagi setiap Perguruan
Tinggi bahkan penilaian sumatif termasuk
pula penilaian yang dilakukan pada akhir semester yang biasa disebut sub sumatif (test unit).
Nilai sumatif dan Sub sumatif (Midl Semester) inilah sebagai penentu
untuk menentukan nilai raport bagi siswa, Kartu Hasil Studi atau Ijazah Mahasiswa.
Akhirnya dapat di kongklusi bahwa, jika penilaian atau tes itu berfungsi
untuk memperoleh feed back dan
selanjutnya untuk rekonstruksi inovasi proses belajar mengajar yang
lebih fresh maka penilaiann itu
disebut Penilaian Formatif. Tetapi jika penilaian tersebut berfungsi dan
bertujuan untuk mendapatkan informasi
sampai dimana prestasi atau
penguasaan dan pencapaian belajar siswa maka penilaian itu disebut Penilaian
Sumatif.
2.
Ujian Nasional/ Ujian Akhir Sekolah (UN/
UAS)
A. Pengertian
Standard Setting Ujian Nasional/ Ujian Akhir Sekolah
Pada era global saat ini, semua Negara berkompetisi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk sering dijadikan indikator kemajuan suatu Bangsa. Oleh karena itu
peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan.
Undang-undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, pada bab XVI pasal 57 sampai dengan 59
tentang Evaluasi menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada piha-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan
dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan. ( Http://www.google.co.id/Wikipedia.org.com).
Proses pemantauan evaluasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan pada akhirnya akan dapat membenahi mutu pendidikan. Pembenahan
mutu pendidikan dimulai dengan penentuan standar.
Penentuan
standar yang terus meningkat akan mendorong peningkatan mutu pendidikan. Yang
di maksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut
off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati
nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah
menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai
kompetensi tertentu. Bila itu terjadi pada Ujian Nasional atau Sekolah maka
nilai batas berfungsi untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan
tidak lulus disebut batas kelulusan. Kegiatan penentuan batas kelulusan disebut
Standard Setting. (Http://www.google.co.id/Wikipedia.org.com).
Dalam
mengimplikasikan standar setting tersebut maka, akan teraktualisasi dalam Ujian Nasional/ sekolah yang merupakan salah
satu kegiatan dari pelaksanaan kurikulum yang dilaksanakan pada tiap – tiap
akhir tahun pelajaran yang diikuti oleh seluruh siswa yang duduk di kelas IX( Sembilan
) Bagi Sekolah Menengah berdasarkan Obyek yang diteliti adalah MTs NW Lendang
Nangka Kecamatan Masbagik Lombok Timur Tahun Pelajaran 2009/ 2010, dalam rangka
menyelesaikan salah satu jenjang pendidikan untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
B. Maksud dan Tujuan UN/ UAS
Sebagaimana
tujuan Ujian Nasional Yang tercantum dalam buku petunjuk pelaksanaan Ujian
Nasional Departemen Pendidikan Nasional, maka maksud dan tujuannya, adalah :
1.
Merintis tercapainya standar nasional bagi mutu
pendidikan dasar dan menengah.
2.
Menyederhanakan prosedur penerimaan siswa baru pada
sekolah yang lebih tinggi.
3.
Mempercepat peningkatan pemerataan mutu pendidikan
Dasar dan Menengah.
4.
Tercapainya tujuan kurikuler.
5.
Mendorong agar proses belajar mengajar dilaksanakan
berdasarkan kurikulum, buku dan alat peraga praktek yang telah ditentukan.
Berdasarkan
tujuan tersebut di atas, maka penyusunan program kegiatan Ujian Nasional MTs NW
Lendang Nangka Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur, dimaksudkan agar
dapat memberikan acuan dan arahan dalam melaskanakan kegiatan Ujian Nasional di
sekolah dengan tujuan agar dapat berjalan dengan tertib serta sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, serta hasil yang dicapai tahun ini akan lebih baik dari
tahun sebelumnya.
Di
samping tujuan tersebut di atas, Ujian Nasional bertujuan pula:
1.
Mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai selama
satu tahun pelajaran di MTs NW Lendang Nangka Tahun Pelajaran 2009/ 2010;
2.
Untuk menentukan standarisasi mutu pendidikan di MTs NW
Lendang Nangka dalam melaksanakan proses
belajar mengajar di masa yang akan datang .
3.
dengan adanya standarisasi mutu pendidikan yang
telah diketahui, melalui Ujian Nasional dapat dijadikan tolak ukur untuk
meningkatkan mutu sekolah khususnya di MTs NW Lendang Nangka mutu pendidikan pada umumnya.
4.
untuk menilai kegiatan belajar mengajar ( PBM ) mana
yang perlu mendapat perhatian sehingga mutu pendidikan secara nasional dapat
tercapai dengan baik dan sempurna.
C. S A S A R A N
Berdasarkan
tujuan Ujian Nasional tersebut di atas, maka sasaran yang hendak dicapai,
antara lain :
1. Bidang Penyusunan
Program Kerja :
1.1.Agar semua kegiatan Ujian Nasional
dapat dilaksanakn dengan baik dan lancar.
1.2.Agar setiap guru / personal yang
ada di sekolah dapat mengetahui dan melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya
masing-masing;
1.3.Agar setiap guru / personal tidak
saling mengandalkan dalam melaksanakan tugasnya.
2. Bidang Pelaksanaan
Ikut membantu
tercapainya tujuan pembangunan nasional khususnya dalam bidang pendidikan;
Tercapainya
tujuan Ujian Nasional sebagaimana tercantum dalam buku pedoman pelaksanaan
Ujian Nasional;
Agar tercapai
hasil optimal, baik dari segi pelaksanaan maupun hasil yang dicapai oleh para
siswa;
Mendapatkan
standarisasi mutu;
Meningkatkan
mutu Pendidikan di MTs NW Lendang Nangka Kecamatan Masbagik Lombok Timur, sekaligus
pendidikan NAsional pada umumnya;
Mendapatkan
bahan masukan demi kesempurnaan dan
meningkatnya mutu pendidikan yang akan datang.
D. Manfaat Standard Setting Ujian Akhir
1.
Adanya batas kelulusan setiap
mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi minimum.
2.
Adanya standard yang sama untuk
setiap mata pelajaran sebagai standard minimum pencapaian kompetensi.
E. Perlunya Standard Setting Ujian Akhir
Selama ini penentuan batas kelulusan ujian nasional ditentukan berdasarkan
kesepakatan antar pengambil keputusan (stakeholder) saja. Batas
kelulusan itu ditentukan sama untuk setiap mata pelajaran. Padahal
karakteristik mata pelajaran dan kemampuan peserta didik tidaklah sama. Hal itu
tidak menjadi pertimbangan para pengambil keputusan pendidikan. Belum tentu
dalam satu jenjang pendidikan tertentu, tiap mata pelajaran memiliki standar
yang sama sebagai standar minimum pencapaian kompetensi. Ada mata pelajaran yang menuntut pencapaian
kompetensi minimum yang tinggi, sementara mata pelajaran lain menentukan tidak
setinggi itu. Keadaan ini menjadi tidak adil bagi peserta didik, karena
dituntut melebihi kapasitas kemampuan maksimalnya.
D. Strategi
Perancangan
Penyusunan standard setting dimulai dengan penentuan pendekatan yang
digunakan dalam penentuan standar. Ada
tiga macam pendekatan yang dapat dipakai sebagai acuan yaitu:
1.
Penentuan standar berdasarkan
kesan umum terhadap tes
2.
Penentuan standar tes
berdasarkan isi setiap soal tes
3.
Penentuan standar berdasarkan
skor tes
Pada akhir kegiatan diambil
kesimpulan dan pembukuan standar setting berdasarkan tiga pendekatan tersebut
untuk menentukan batas kelulusan.
Thanks...... Lanjutkan berkarya....
BalasHapus